Welcome to My Blog!

This is Boxer Template Demo Site
Follow Me
         
Ilustrasi

           Desaku Tamansari, Tapi tak se "Taman" dan se "SARI" seperti nama indahnya. 10 (sepuluh) Tahun lebih aku meninggalkan desa kelahiran ini demi menggapai asa dan cita-cita besar dari keluarga kecil terpencil bagian bibir-bibir kota desa, lebih dari sepuluh tahun pula aku melihat keadaan yang sama seperti dulu bahwa desa ini sama sekali tidak ada perubahan bahkan peningkatan. Padahal letak geografis lingkungan desaku tak sejauh layaknya desa-desa  yang di konotasikan sebagai desa plosok atau pedalaman,  bahkan letaknya hampir berdekatan dengan rumah mewah seorang pemimpin kabupaten desa ini.

           Kesederhanaan dan ketertinggalan mereka sangat nampak di depan mata. Jalan-Jalan yang tak layak untuk dilewati mobil-mobil mewah,  Rumah, Kendaraan, sampai bangunan-bangunan pun sangat pas bila disebut sebagai lingkungan Ndeso, kadang aku hanya bisa menarik nafas panjang ketika ban motorku mulai menginjak jalan mulus beraspal di Desa tetangga.

           Masyarakat disini bertani dan bekerja hanya sekedar mencari makan, tak lebih dari itu. Kemiskinan semakin menggurita dan para orang tua menyerah dengan keadaan. Anak-anak mudanya banyak yang putus sekolah seperti daun yang berguguran di musim panas, lalu menjadi preman desa, jadi anak-anak nakal. Tidak ayal jika banyak orang disini yang memilih untuk merantau dan mencari kehidupan di negeri orang yang sering di istilahkan sebagai TKI.

           Miris... Kata yang muncul dalam benak saat melihat realita yang nampak depan mata hingga muncul pertanyaan " ini bukan desa yang terisolasi kan?" Seketika dalam renungan muncul pertanyaan berikutnya "Apa yang bisa ku perbuat dan aku beri?". Tidak ada... hanya sekedar curhatan murni dari hati yang aku sampaikan lewat tulisan.

           Mayoritas adalah petani, Memasuki zaman modern atau era digital serta teknologi, informasi dan komunikasi yang sangat canggih, kehidupan masyarakat kita seharusnya sudah beranjak pada kehidupan yang lebih baik, bukan sebaliknya terus jalan ditempat. Seharusnya sudah ada peningkatan kehidupan dari pra-sejahtera menjadi sejahtera dan dari cukup menjadi berkecukupan.

             Masyarakat desa ini  seharusnya sudah dapat mengakses informasi dan komunikasi lewat teknologi, bagaimana kemudian untuk  menjadi petani yang sukses. Selain itu, pemerintah desa juga dapat memberikan pemahaman dan edukasi yang sifatnya mendidik dan memajukan pola pikir masyarakat agar tidak selalu berpikir dan menggerakkan ekonomi masing-masing rakyatnya yang hanya berputar-putar tanpa ada perkembangan (stagnan). Jangan sampai membiarkan rakyat desanya seperti anak Ayam Tanpa Induk.

        Berdasarkan peraturan yang ada, yang dilakukan pemerintah desa seharusnya tidak lain adalah memanfatkan dan memaksimalkan peraturan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, salah satunya melalui Dana Desa yang merupakan dana yang diperuntukkan bagi Desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat yang tujuannya untuk memajukan ekonomi pedesaan. Dana desa itu bisa dimanfaatkan dan dipinjamkan sebagai modal kepada petani-petani kreatif yang ingin berwirausaha, desa juga dapat mendirikan bank desa untuk petani melalui APB-Des, bisa juga dengan meningkatkan potensi perekonomian desa melalui optimalisasi peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), menciptakan produk unggulan desa, dan lain-lain yang tentu pemerintah desa bisa lebih banyak ide dan gagasan untuk memanfaatkan anggaran dana desa yang katanya lebih dari 1 miliyar untuk keberlangsungan roda perekonomian dan perkembangan desa ini.

        Mulai dari hal sederhana, Bagaimana mungkin ekonomi pedesaan bisa bergerak maju,? Jika akses atau jalan-jalan sebagai jalur transportasi dan transfomasi desa ini saja masih jauh dari kata sempurna. Tugas pemerintah desa hanya perlu memfasilitasi, mendampingi atau membimbing masyarakat, serta memanfaatkan kucuran anggaran besar dana desa untuk keperluan dan pembangunan desa, agar "Adanya" pemerintah desa bisa dirasakan "ADA"  sebagai pelayan masyarakat, kalau seperti ini kan adanya seperti tidak ada.?. Aku berpikir bahwa dengan jumlah anggaran desa yang diperoleh dari DD, ADD dan sumber dana lain, anggaran itu cukup untuk memperbaikinya.

         Tamansari adalah kita, Oleh karenanya, Petani/pekebun di sini perlu ada upaya transformasi pemikiran, merevolusi desa dengan paradigma membangun dan menggerakkan ekonomi desa. Aparatur desa harus bersatu, program-program pemerintah yang banyak itu harus bisa tersampaikan dan bisa dirasakan masyarakat, terutama akses jalan untuk memperlancar pemasaran hasil tani. Jika tidak, maka ‘desaku sayang, desaku malang’ sangat layak untuk menjadi premis dan sebutan desa Tamansari ini.

Karya : Day
Publisher : ARK

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Labels

Translate